SUMPAH PEMUDA BAGI REMAJA


Sumpah Pemuda: Nyala Lama yang Tetap Relevan bagi Remaja 2025

Angin perubahan berhembus lebih cepat dari notifikasi ponsel yang tak henti berdering. Namun, di balik hiruk-pikuk dunia digital, ada gema sejarah yang masih memanggil: Sumpah Pemuda. Ia bukan sekadar teks yang dihafal saat upacara sekolah—ia adalah denyut nadi sebuah bangsa yang lahir dari keberanian anak-anak muda, tak jauh berbeda dari remaja masa kini.

Jejak yang Tak Pernah Padam

Bayangkan sekelompok pemuda di tahun 1928, berdebat di ruangan sederhana tentang identitas bangsa yang belum sepenuhnya terwujud. Mereka tidak punya gawai, tidak punya algoritma, apalagi trending topic. Yang mereka miliki hanyalah keyakinan bahwa masa depan Indonesia harus diperjuangkan dengan persatuan, bukan perpecahan.

Sumpah itu—bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu—menjadi seperti api kecil di tengah malam panjang penjajahan. Api yang terus menyala, bahkan kini, ketika dunia 2025 bergerak secepat kilat.


BACA JUGA : MUDA BERGERAK LAMPUNG MENYEBAR KEBAIKAN


Mengapa Remaja 2025 Masih Butuh Sumpah Pemuda?

Di era modern, tantangan remaja bukan lagi penjajah bersenjata, melainkan banjir informasi, tekanan sosial, dan persaingan digital yang bisa menyesakkan. Namun, inti perjuangannya serupa: mencari jati diri, menjaga persatuan, dan membangun masa depan.

Persatuan di Era Perpecahan Digital

  Media sosial sering menjadi arena salah paham dan saling serang. Sumpah Pemuda mengingatkan bahwa identitas bangsa lebih kuat dari sekat-sekat sementara di layar kaca.

Ketika Sejarah Bertemu Masa Depan

Di setiap pergerakan positif anak muda—komunitas yang menanam pohon, kelompok belajar yang bergerak sendiri, kampanye kesehatan mental, hingga kreativitas tanpa batas di internet—ada roh Sumpah Pemuda yang ikut menuntun. Ia seperti cahaya kuning keemasan yang menyelinap melalui celah-celah zaman, mengingatkan bahwa kebersamaan adalah kekuatan.

Seruan untuk Generasi Hari Ini

Remaja 2025 bukan generasi yang pasif. Kalian adalah generasi yang bisa menciptakan perubahan hanya dengan satu unggahan, satu ide, satu tindakan kecil yang menular. Namun agar gerak itu punya arah, Sumpah Pemuda menjadi kompas moralnya.


Mari jadikan semangat itu sebagai denyut baru:

- Bersatu dalam perbedaan.  

- Berani menyuarakan kebenaran.  

- Mencintai bahasa dan identitas bangsa tanpa kehilangan kreativitas global.  

- Bergerak bersama, bukan bergerak sendiri.

Api Itu Kini Ada di Tanganmu

Sumpah Pemuda bukan cerita museum. Ia hidup dalam langkah setiap remaja yang memilih harapan ketimbang apatis, persatuan ketimbang perpecahan, aksi ketimbang mengeluh.

Komentar